Selasa, 27 Agustus 2013

Menggerakkan Jiwa dengan Cita-Cita Tinggi dan Besar


Bercita-cita tinggi dan besar ternyata diajarkan oleh Islam. Dalam Islam, melalui kitab suci dan juga hadits nabi,  digambarkan tentang kehidupan kelak yang membahagiakan, yaitu kehidupan di surga. Digambarkan bahwa di surga itu ada rumah yang indah, di bawahnya terdapat sungai yang mengalir yang tidak pernah putus-putusnya, sejumlah bidadari, dan seterusnya. Sedemikian indah gambaran kehidupan di akherat itu yang akan diperuntukkan bagi orang-orang menjadi kekasih Tuhan. 

Demikian pula, kebahagiaan juga bisa diraih di dunia ini. Digambarkan bahwa kehidupan yang membahagiakan di dunia manakala para penghuninya  berhasil membangun keimanan dan ketaqwaan. Manakala sebuah negeri dihuni oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa, maka akan dibukakan pintu  berkah  baik yang dari langit maupun dari bumi. Digambarkan bahwa di dunia bisa dibangun negeri yang baik, atau negeri yang baik dan penuh dengan ampunan.

Tentu,  cita-cita berbeda dengan angan-angan. Orang yang memiliki cita-cita tinggi dan besar selalu berusaha untuk meraihnya. Cita-cita merupakan kekuatan penggerak bagi penyandangnya. Tanpa cita-cita orang tidak akan melakukan apa-apa. Cita-cita mirip dengan tujuan, atau cita-cita itu sendiri  adalah tujuan yang telah dirumuskan. Cita-cita tidak sama dengan angan-angan. Angan-angan tidak melahirkan apa-apa, dan bahkan dengan angan-angan yang terlalu tinggi justru membuat seseorang menjadi jengkel atau  hatinya sakit. Oleh karena itu, angan-angan itu harus dihilangkan.

Selama memimpin kampus, saya selalu mengajak kepada semua pihak, baik anggota pimpinan, dosen, karyawan,  dan mahasiswa agar memiliki cita-cita besar dan  tinggi. Saya selalu mengatakan bahwa Islam mengajarkan itu semua. Islam memberi petunjuk dan bahkan menuntun kita agar meraih sesuatu yang terbaik, terbesar, terindah, gagah, sempurna dan atau kebaikan yang maksimal. Umat Islam harus selalu berada di depan, menjadi tauladan,  dan terbaik.

Saya selalu mengajak, agar Islam harus ditampakkan dalam wujud nyata.  Identitas Islam harus terlihat  dari hati para pemeluknya, yaitu  benar, bersih, jujur, ikhlas, sabar dan istiqomah. Keindahan itu  juga harus disempurnakan    dari penampilan fisiknya, yaitu  gagah, maju, hebat terutama dari aspek   kualitasnya. Islam membedakan antara dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan mengingat Allah atau berdzikir dan bekerja selain itu.  Dalam hgal berdzikir, diingatkan agar dilakukan sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, tatkala bekerja harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dalam Islam diajarkan konsep ikhsan, yaitu pilihan terbaik. Alternatif yang terbaik itulah yang seharusnya dipilih.

Bermodalkan kekuatan cita-cita yang selalu saya kobarkan itu ternyata membuahkan hasil. Semangat berjuang dan sekaligus berkorban, --------saya rasakan, selalu mewarnai kehidupan warga kampus sehar-hari. Saya melihat bahwa dengan menyandang cita-cita itu, maka rupanya mereka memiliki pandangan ke depan secara jelas.  Kegiatan mereka sehari-hari terfokus pada pencapaian cita-citanya itu.  Selain kerja keras, mereka kemudian juga merasakan betapa pentingnya teman, sahabat, sesama dosen, karyawan, mahasiswa, dan bahkan juga orang lain.

Sikap atau cara pandang positif tersebut di atas tumbuh dan berkembang oleh karena menyadari,  bahwa  cita-citanya itu hanya akan bisa diraih, manakala dilakukan secara bersama-sama.  Membangun kampus yang sebenarnya pada awalnya hanya bermodalkan cita-cita itu,  berhasil melahirkan semangat dan  suasana batin seperti selalu dalam keadaan berkompetisi, bertanding, dan bahkan berperang untuk meraih kemenangan. Dari sana muncul  kebersamaan, kerja keras, pengorbanan, keikhlasan, mengedepankan tujuan-tujuan jangka panjang, menghindari jebakan jangka  pendek dan sempit, pribadi, dan sederhana.

Islam mengajarkan agar setiap orang memiliki cita-cita dan upaya meraihnya. Dan, memang ternyata benar, bahwa cita-cita menjadi kekuatan yang luar biasa. Umat dan bangsa ini selalu memerlukan rumusan cita-cita  secara jelas dan selalu dikobarkan secara terus menerus. Maka, kiranya tugas pemimpin yang cukup penting dan oleh karena itu harus dilakukan  adalah membangun cita-cita bersama yang tinggi dan besar  itu. Wallahu a’lam.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar